KOTA SORONG, BeritaAkual.co – Pembangunan pasar Modern Rufei memerlukan waktu sekitar 9 tahun lamanya, pasar ini di bangun dengan menggunakan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dan dana Otonomi Khusus (Otsus) Kota Sorong.
Namun, pasar yang dibangun megah tersebut tak sekeren namanya. Pasar Modern Rufei yang kala itu digadang-gadang sebagai pasar tradisional terbesar di Papua Barat Daya kini nampak lesu, minimnya pengunjung akibat transportasi menuju pasar sulit, terdapat sejumlah komponen rusak parah, faktor kebersihan dan keamanan menjadi polemik tersendiri.
Hal ini tentu menjadi keprihatinan tersendiri bagi pemerintah kota Sorong. Terkait masalah tersebut Kamis (9/1/2025) pemerintah kota Sorong menggelar rapat pendapat terkait permasalahan pasar modern Rufei.
Rapat dipimpin oleh Pj Walikota Sorong Bernhard Edward Rondonuwu, dihadiri Sekretaris Daerah (Sekda) kota Sorong Yakob karet, Kapolres Sorong Kombes pol Happy perdana Yudianto dan kodim 1802 Sorong Letkol Angga Wijaya. Rapat juga melibatkan sejumlah perwakilan perangkat daerah, tokoh masyarakat dan perwakilan pedagang.
Pj walikota Sorong Bernhard Edward Rondonuwu menyampaikan keprihatinannya terhadap kondisi dan area pasar modern Rufei yang lingkungannya sangat tidak terawat seperti telah dilupakan.
“Miris sekali, rumput tumbuh tinggi hingga melampaui atap pasar, kondisi di pasar yang gelap dan sangat tidak mencerminkan pasar modern.” ujar Bernard Eduard.
Pj Walikota juga menyoroti adanya sejumlah lapak yang kosong meskipun telah dialokasikan kepada pedagang. Dikatakannya bahwa terdapat dua masalah besar yang harus diselesaikan dan di atasi agar pasar bisa kembali berkembang, yakni trayek angkutan umum dan minim pengaturannya menjadi alasan dasar masyarakat enggan datang ke pasar.
Keamanan dan kenyamanan, praktik meminta-minta, palang memalang di sekitar pasar menjadi kendala bagi pengemudi angkutan dan masyarakat.
“Jika telah dibenahi faktor-faktor tersebut dan trayek angkutan diatur dengan baik maka pasar akan kembali ramai, ujarnya.
Terkait revitalisasi pasar modern Rufei kata Bernard Eduard memerlukan banyak anggaran, namun karena anggaran pemerintah kota Sorong yang terbatas tidak mencapai Rp1 Triliun per tahun, revitalisasi membutuhkan waktu hingga 10 tahun jika hanya mengandalkan dana daerah. Oleh karena itu Bernard mengharapkan dukungan dari pemerintah pusat agar proses revitalisasi pembangunan dapat lebih cepat terlaksana.
“Kami berharap semua pihak terkait, termasuk perangkat daerah, tokoh masyarakat dan para pedagang dapat bersinergi untuk mengatasi permasalah ini. Pemerintah kota Sorong berencana untuk melakukan penataan ulang lingkungan pasar dan perbaikan infrastruktur, agar pasar modern rufei bisa kembali menjadi pusat ekonomi yang sesuai standar pasar modern,” tutupnya. (Mar)