KOTA SORONG, BeroyaAktual.co – Tradisi adat Sulawesi Tenggara Kande Kandea menjadi sorotan dalam acara Halal Bi Halal Ikatan Keluarga Besar Tolandona Sorong Raya yang berlangsung meriah di jalan diponegoro Rufei Pantai, Kota Sorong Papua Barat Daya, Sabtu (26/4/2025).
Dengan mengusung tema “Balimo Ksri Somanamo Lipu, Mai Taposangu Tamaka’aka” yang artinya “Pentingkan Kepentingan Umum Diatas Kepentingan Pribadi Dan Kita Bersatu Untuk Kita Kuat”, acara ini menjadi ajang mempererat tali silaturahmi dan mempertahankan warisan budaya leluhur.
Ketua Panitia Pelaksana Halal Bi Halal, Ipda La Ode Tamrin dalam sambutannya menyampaikan bahwa acara Kande Kandea ini adalah momen yang sangat berharga bagi warga Tolandona, baik yang berada di perantauan maupun yang berdomisili di sekitar Bukit Tengah.
“Melalui kegiatan ini, kami dapat bersilaturahmi, bertukar pengalaman, serta memperkuat rasa persaudaraan,” ujar La Ode Thamrin.
Sementara itu, Ketua Ikatan Keluarga Besar Tolandona Sorong Raya, AKBP (Purn) La Ode Dika Mahdi mengatakan, pelaksanaan Halal Bi Halal ini sebenarnya direncanakan berlangsung satu minggu setelah Hari Raya Idul Fitri. Namun, karena banyaknya warga yang pulang kampung untuk merayakan lebaran bersama keluarga, kegiatan baru bisa dilaksanakan setelah kepulangan mereka ke Sorong.
La Ode Dika menjelaskan, bahwa tradisi Kande-kandea memiliki akar sejarah yang kuat. Tradisi ini bermula sejak abad ke-16, sekitar tahun 1828, pada masa Kesultanan di Buton. Saat itu, seorang tokoh Tolandona ditunjuk untuk menyelesaikan polemik dalam kerajaan.
Setelah berhasil menjalankan tugas berat tersebut, digelarlah pesta adat sebagai bentuk rasa syukur dan kebahagiaan, yang dikenal dengan istilah Kande-kandea.
“Dalam bahasa Buton, “Kande” artinya makan, dan “Kandea” berarti makanan. Tradisi ini mengajarkan pentingnya kebersamaan, dengan masyarakat membawa makanan hasil usaha sendiri ke sebuah lapangan untuk dinikmati bersama-sama,” ujarnya.
Pada kesempatan itu pula ditegaskan nilai persatuan dengan semboyan “Pocatangkia posasanta, pocari doa podanggau kita”, yang berarti memperkuat persatuan dan menghindari perpecahan.
Kini, meski berada di tanah rantau warga Tolandona di Sorong tetap melestarikan tradisi ini sebagai wujud kecintaan terhadap budaya dan bentuk nyata menjaga ikatan kekeluargaan. (Mar)