MANOKWARI, BeritaAktual.co – Gubernur Papua Barat, Dominggus Madacan memantau langsung kesiapan dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Provinsi Papua Barat. Ini dilakukan untuk mengantisipasi jika pasien yang terinfeksi virus corona membludak.
“Walaupun belum ada temuan orang terjangkit virus Corona di Papua Barat, namun Pemerintah sudah harus menyiapkan semuanya sebelum terjadi,” kata Gubernur yang didampingi Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat dan Direktur RSUD Manokwari. Senin, 16 Maret 2020.
Menurut Mandacan, pembangunan gedung RSUD Provinsi Papua Barat berlantai dua ini memang belum selesai secara keseluruhan, tetapi ruangan yang lain sudah dibangun. Untuk mengantisipasi lonjakan pasien secara massal lanjutnya, ada gedung serta ruangan yang bisa difungsikan berkapasitas 50 pasien.
“Makanya harus dilihat langsung, terutama kesiapan ruangan isolasi bagi pasien yang terjangkit virus corona,” tuturnya.
Untuk itu, harus disediakan semua guna mengantisipasi atas wabah ini, tetapi semuanya harus dicek kembali terutama ruang isolasi tidak harus digunakan lagi karena kalau sudah ada yang terjangkit pastinya wabah ini akan merebak kemana-mana.
Senada disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat, Otto Parorongan jika pihaknya akan mengajukan anggaran mendahului perubahan untuk meningkatkan pembangunan gedung rumah sakit
“Mau tidak mau kita harus mendahulukan, karena ini kategori bencana non alam, jadi ada alasan yang tepat untuk gunakan mendahului dan itu bisa dipertanggungjawabkan,” ujarnya.
Menurut Otto, untuk rumah sakit rujukan di Papua Barat ada di dua tempat, yaitu di Sorong dan Manokwari. Untuk di Manokwari seperti RS-AL, RS – Kodam XVIII Kasuari, RS Bhayangkara Polda Papua Barat, RS-Kodim 1801 J. Dimara, dan RSUD sudah siap menjadi RS rujukan. Sedangkan Kabupaten Teluk Bintuni dan Fakfak sudah disiapkan rumah sakit tersebut jika terjadi wabah itu.
Sementara Direktur RSUD Manokwari, Yodi Kairupan mengaku jika fasilitas RSUD Manokwari belum memenuhi standar tetapi cukup memadai dan sudah bisa digunakan. Khususnya ruang isolasi, telah disiapkan tiga tempat tidur dengan sirkulasi udara yang tetap bersih dan segar (exhaust).
“Ruang isolasi hanya untuk satu orang pasien yang terjangkit virus. Karena ada pasien yang masih gejala dan ada yang sudah positif terjangkit. Kalau untuk pasien sudah positif terkena, tak mengapa digabung dalam satu ruangan untuk penanganannya,”
Kairupan menambahkan, sejak rapat bulan Februari 2020 lalu, ruang isolasi sudah mau disiapkan tetapi saat itu kekurangan logistic. Syarat ruangan isolasi harus jauh dari masyarakat, pengunjung dan ruangan perawatan umum.
“Jadi, dalam penanganan Orang dalam pemantauan (ODP) itu boleh rawat di rumah karena hanya pemantauan, dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) itu harus dirawat diruang isolasi,” pungkasnya [*/dewi]