
Plt. Kadis Kominfo dan Persandian Kota Ambon, Ronald Lekransy.
AMBON, BeritaAktual.co – Plt. Kadis Kominfo dan Persandian Kota Ambon, Ronald Lekransy meminta orang tua membatasi waktu penggunaan gawai, memantau isi perangkat anak, membangun komunikasi yang terbuka, serta menjadi teladan dalam penggunaan teknologi, sambil mengingatkan anak-anak di Kota Ambon, terkait dengan dampak negatif dari dunia digital.
Gawai adalah, perangkat elektronik kecil dengan fungsi khusus yang terus mengalami perkembangan teknologi, seringkali disebut juga sebagai gadget dalam bahasa Inggris.
Demikian disampaikan Lekransy dalam paparannya, saat sosialisasi literasi digital bertajuk “Pengawasan Orang Tua di Ruang Medsos”, yang berlangsung di Gedung Cristy Natalia, Jemaat GPM Sumber Kasih, Selasa (24/6/2025). Sosialisasi ini diikuti oleh sekitar 150 orang tua.
“Pengawasan orang tua di ruang media sosial adalah kunci utama. Anak-anak harus disiapkan, agar mampu menghadapi tantangan dunia digital tanpa kehilangan keseimbangan, dengan interaksi sosial dan kesehatan mental mereka,” kata Lekransy, dalam keterangan tertulisnya, yang diterima media ini di Ambon, Rabu (25/6/2025).
Dia menyebut, masifnya penetrasi internet di kalangan generasi muda menjadi kekhawatiran tersendiri bagi para orang tua. Untuk itu, keterlibatan orang tua dalam memantau aktivitas digital anak-anak sangat penting. Dan hal ini merupakan bagian dari upaya mendukung Ambon sebagai Smart City.
“Ambon Smart City bukan sekadar pembangunan infrastruktur digital semata, melainkan juga pembangunan kapasitas manusia. Literasi digital adalah salah satu indikator penting dalam pengukurannya,” ujar Lekransy.
Menurut dia, literasi digital tidak hanya tentang kecakapan menggunakan teknologi, namun juga mencakup kemampuan untuk mengakses, menganalisis, dan memanfaatkan informasi secara bijak dan bertanggungjawab.
Selama ini, lanjutnya, Dinas Kominfo Kota Ambon telah menjangkau lebih dari 1.000 remaja dan pemuda, melalui sosialisasi literasi digital. Dan kali ini, giliran para orang tua yang menjadi sasaran kegiatan, mengingat peran orang tua sangat krusial dalam pengawasan dan pendampingan anak di ruang digital.
“Saya ingatkan, bahwa kita tidak bisa biarkan anak-anak menghadapi ruang digital sendirian. Ada banyak ancaman seperti cyberbullying, predator digital (child grooming), hingga kecanduan gawai. Semua ini berdampak serius pada kesehatan mental, bahkan bisa berujung pada tindakan ekstrem seperti bunuh diri,” kata dia mengingatkan.
Dikatakan, dominasi generasi muda, khususnya Gen Z dan milenial terhadap penggunaan internet, di rentang usia 12 hingga 43 tahun, menuntut peran aktif keluarga, untuk memastikan interaksi digital anak-anak tetap berada dalam batas yang aman.