KABUPATEN SORONG, BeritaAktual.co – Penjabat Bupati kabupatena Sorong Jan Piet Mosso menegaskan bahwa Papua adalah miniatur Indonesia, karena di Papua terdapat berbagai macam suku dan agama. Di Papua dibangun rumah Kebhinekaan, untuk itu pemerintah menjamin dan mewujudkan nilai-nilai persatuan dan kesatuan keberlangsungan kehidupan masyarakat.
“Kabupaten Sorong sudah kami canangkan sebagai sebagai Rumah Kebhinekaan di Indonesia,” tutur Penjabat (Pj) Bupati Sorong Jan Piet Mosso, S.Sos, MM saat menerima penghargaan API 2023 untuk kategori Figur Kepala Daerah Pengamal Harmoni yang berlangsung di Gedung Nusantara V, Kompleks DPR-MPR-RI, Senayan, Senin siang (31/7/2023).
Mosso juga dinilai sukses mengamalkan Harmoni Kebhinekaan di wilayah yang dipimpinnya dengan mencanangkan kabupaten Sorong sebagai Rumah Kebhinekaan, tepat di HUT ke 54 tanggal 14 Juni 2023 lalu.
Sebagai kabupaten tertua di Provinsi Papua Barat Daya, dalam sejarahnya kabupaten Sorong yang dikenal dengan kabupaten Induk ini telah melahirkan enam kabupaten, satu kota dan telah diletakkan fondasi pemerintahan yang baik.
Jan Piet Mosso juga merupakan Bupati dari Tanah Papua yang pertama yang berdiri di mimbar Terhormat di Gedung MPR RI menyampaikan pidato terkait kondisi kerukunan dan harmoni kehidupan beragama di Papua khususnya Sorong.
“Kita harus membangun dan mewujudkan, merajut dan memelihara serta melanjutkan nilai-nilai kebhinekaan, toleransi, kerukunan. Karena nilai-nilai toleransi itu adalah satu budaya gaya hidup bangsa kita dari sejak bangsa ini didirikan oleh The Founding Father kita,” ujarnya Mosso seperti dikutip dari GAHARU.
Sebagai generasi muda, Mosso mengajak generasi Papua harus ikut membangun tanah Papua dan melanjutkan cita-cita negara untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan. Karena ini adalah salah satu pencapaian, dan perlu kita lanjutkan dari cita-cita Soekarno, Hatta bahwa Papua dan Kabupaten Sorong itu adalah miniaturnya Indonesia. Jadi harus dibangun kebhinekaan.
“Sebagai warga negara kita harus mewujudkan Indonesia itu dalam satu wadah Pancasila. Jadi kita memiliki satu rumah Pancasila, sama-sama seperti kita di manapun juga diterima, kita pun di Sorong menerima semua warga negara Indonesia dalam rumah Pancasila,” ujar Mosso.
“Meski kita adalah bangsa yang berbeda beda suku, agama, ras tetapi kita bisa hidup berdampingan. Perbedaan itu adalah kekayaan kekuatan kita karena pemimpin-pemimpin kita dari dulu sampai sekarang telah meletakkan dasar-dasar yang kuat. Kita sebagai generasi muda harus melanjutkan, mewujudkan kesejahteraan kesatuan kemakmuran. Itu yang harus kita wujudkan sekarang,” tambah Mosso lagi.
Mosso juga menjelaskan, di distrik di Sorong Barat kabupaten Sorong beberapa kampung sudah ada program pemerintah yang menjangkau masyarakat yaitu, kampung Terang, kampung Pintar, kampung Bicara, kampung Telekomunikasi yang mana semua sudah terjangkau. Meski ini masih relatif dan normatif artinya masih ada kantong-kantong kemiskinan yang ada di seluruh Indonesia.
“Kita harus meningkatkan income per kapita. Kampung sudah ada listriknya, kampung pintar, kampung telekomunikasi, kampung bicara dan semua sudah terjangkau di Papua. Dipastikan kesejahteraan itu masih normatif, semua kebijakan harus pro rakyat. Perlu komitmen pemimpin karena kantong kantong kemiskinan itu masih ada,” ungkap Mosso.
Terkait penghargaan Birokrat Pengamal Harmoni yang diterimanya, secara khusus Mosso menyampaikan terima kasih kepada PEWARNA Indonesia karena Pewarna Indonesia, khususnya Tim Seleksi dan Verifikasi API Tahun 2023 sudah memilihnya sebagai Birokrat Pengamal Harmoni Kebhinekaan.
Mosso juga mengaku, sebagai penjabat Bupati Sorong ia merasa beruntung ditugaskan oleh Pemerintah Pusat memimpin sebuah kabupaten yang masyarakatnya sangat beragam dari unsur ras, suku bangsa, dan agama. Dia menyebut orang asli Papua atau OAP adalah ras Melanesia yang hidup bersama dengan berbagai suku bangsa dari berbagai daerah di Nusantara.
“Semua agama ada di kabupaten Sorong. Jadi, bila datang ke Sorong, Papua Barat Daya, maka Anda akan berjumpa dengan orang Papua, orang dari Suku Jawa, orang dari Suku Bugis, orang Batak, orang Manado, orang Ambon, orang Timor, orang China, dan lain sebagainya. Agama mereka pun beragam, ada Kristen, Katolik, Islam, Hindu, Budha, dan Konghucu. Sedangkan secara sosial kemasyarakatan, mereka tinggal berbaur bersama, tanpa ada sekat pemisah berdasarkan suku, agama, ras, atau golongan,” kata Mosso kepada beritaaktual.co Selasa, 08 Agustus 2023.
Dengan latar belakang masyarakat yang beragam itu tambah Mosso, masyarakat pada umumnya akan membentuk wadah organisasi paguyuban untuk mengaktualisasi kegiatan budaya daerah masing-masing, yang berfungsi melestarikan tradisi dan kesenian budaya asal. Sementara untuk kegiatan keagamaan, kata dia, masing-masing bebas melaksanakan ibadah di rumah ibadahnya masing-masing bersama dengan komunitasnya.
“Kabupaten Sorong memastikan suasana kondusif selalu berlangsung di tengah masyarakat sehingga aktivitas ekonomi, sosial, dan budaya dapat berlangsung dengan baik. Terutama masyarakat merasa aman dan terlindungi. Untuk itu, dirinya mendorong dan melakukan berbagai upaya agar kerukunan dan harmoni antar paguyuban dan antar umat beragama tetap terawat dan terjaga.
Dengan diraihnya “Penghargaan Sebagai Birokrat Pengamal Harmoni Kebhinekaan” Mosso berharap semua orang harus saling menghargai kaidah agama maupun tradisi budaya masing-masing, menerapkan asas toleransi, menjaga harmoni dan persatuan sosial. Selain itu harus saling bekerja sama, melakukan berbagai hal yang bisa dibersamakan dlm berbagai aspek sosial, budaya, bahkan ekonomi.
“Kabupaten Sorong akan memastikan suasana kondusif selalu berlangsung di tengah masyarakat sehingga aktivitas ekonomi, sosial, dan budaya dapat berlangsung dengan baik. Terutama masyarakat merasa aman dan terlindungi. Untuk itu, saya melakukan berbagai upaya agar kerukunan dan harmoni antar paguyuban dan antar umat beragama tetap terawat dan terjaga,” pungkas Mosso. (dwi)