Waisai, – Pemerintah Kabupaten Raja Ampat melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah mensosialisasi inovasi wisata aman bencana (Taman) di Raja Ampat tahun 2022
Kegiatan yang digelar dalam rangka mewujudkan wisata aman bencana di Raja Ampat, yang bertempat di aula pertemuan kantor BPBD, Waisai, Raja Ampat, Papua Barat, Selasa (8/11/2022).
Dalam sambutan Bupati Raja Ampat, Abdul Faris Umlati (AFU), SE yang diwakilkan Staf Ahli Setda Raja Ampat, Mores Rumfaker menyampaikan kegiatan ini sebagai salah satu tujuan wisata, tentunya kita harus komitmen menjadikan kabupaten Raja Ampat sebagai tempat wisata yang aman bencana.
Untuk menjadikan kabupaten Raja Ampat sebagai tujuan wisata yang aman tersebut, tentunya harus memiliki struktur bangunan yang aman, sarana prasarana evakuasi yang memadai, memiliki menejemen resiko bencana, melakukan sosialisasi dan edukasi kebencanaan untuk warga dan pengunjung, melakukan simulasi bencana secara rutin, dan memiliki perencanaan untuk mengantisipasi kejadian bencana.
“Kita tahu bahwa bencana adalah suatu peristiwa disebabkan alam dan manusia atau keduanya mengakibatkan korban jiwa dan korban penderitaan bagi manusia itu sendiri, kehilangan harta benda, kerusakan lingkungan dan fasilitas umum, serta gangguan terhadap tata kehidupan masyarakat, ” ungkapnya.
Oleh karena itu, tambah AFU dengan kegiatan ini, pihaknya (Pemda) berupaya menjadikan Raja Ampat sebagai tujuan wisata aman bencana pencegahan, menghindari, dan pengurangan resiko bencana dengan kesiapsiagaan dan kewaspadaan serta mitigasi.
Sementara pada kesempatan yang sama, Kepala Pelaksana BPBD Raja Ampat, Muhammad Guntur Tamima, ST mengaku, kegiatan ini bertujuan agar tersusunnya kajian wisata aman bencana, tersusunnya standar operasional prosedur (SOP) taman terwujudnya komunikasi dan koordinasi dengan stakeholder dalam rangka mewujudkan wisata aman bencana di Raja Ampat.
Dikatakan, kegiatan tersebut saat ini masih terfokus di kota Waisai dan sekitarnya dan belum termasuk wilayah batanta, salawati, dan misool.
Selain itu lebih jauh Guntur menjelaskan, Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman hayati sehingga membuat Indonesia fokus pada sektor pariwisata.
Bahkan, pemerintah juga telah melakukan berbagai strategi untuk mendatangkan 12 juta wisatawan mancanegara dan 260 juta wisatawan domestik.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menetapkan sebanyak 10 destinasi wisata unggulan diantarannya kabupaten Raja Ampat, yang tertuang dalam Peraturan Presiden nomor 18 tahun 2020 tentang rencana pembangunan jangka menengah nasional.
“Namun, terdapat 5 jenis ancaman bahaya bencana yang berada di kabupaten Raja Ampat khusus dalam sektor pariwisata yaitu cuaca ekstrim, gempa bumi, gelombang ekstrim, stunami , dan abrasi pantai. Itu yang berpotensi mengancam kepariwisataan di kabupaten ini, ” ujarnya.
Perlu diketahui, pertama kali terjadinya gempa bumi di kabupaten Raja Ampat pada tanggal 7 Oktober tahun 1923 hingga terakhir terjadi pada 12 Februari 2021.
Ia menambahkan, di Indonesia dan umumnya daerah papua terdapat jalur jalur sesar (pataan) yang bisa menyebabkan potensi gempa bumi, sementara kepulauan raja ampat jalur sesar sudah memasuki antara daerah salawati dan selat sagawin.
“Pusat gempa selalu berada di jalur pataan tersebut, tetapi ketika terjadinya gempa bumi biasanya informasi deteksi stunami, kita dapatkan peringatan dini secara resmi dari BMKG, bukan informasi hoax yang tersebar, ” pungkasnya.
Hadir dalam sosialisasi tersebut, Danki Brimob Waisai, Asisten III Setda Raja Ampat, BMKG, Basarnas, Kasat Polair, Pasiter kodim 1805 Raja Ampat, perwakilan Danposal, dan perwakilan Dinas Perhubungan Raja Ampat.[David]