SORONG, BeritaAktual.co – Basis data hiu paus yang tersedia untuk wilayah Bentang Laut Kepala Burung (BLKB) menyatakan bahwa trend penemuan individu baru masih tinggi. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa masih banyak individu hiu paus yang belum tersensus, baik itu individu hiu paus lama yang mendiami BLKB, maupun individu-individu yang baru saja masuk atau transit ke dalam wilayah BLKB.
“Karena terbatasnya pelaksanaan pengumpulan foto dan identifikasi dari kalangan yang memiliki ketertarikan dan kepentingan akan hiu paus, seperti peneliti dan pengelola kawasan mengakibatkan data yang terkumpul masih berskala kecil. Di sisi lain, wisatawan, masyarakat, dan nelayan dapat dimanfaatkan untuk berkontribusi dalam pengumpulan data hiu paus tersebut,” kata Elasmobranch Conservation International (CI) Indonesia Mochamad Iqbal Herwata dalam rilis yang diterima di Sorong, Selasa 15/06/2021.
Merespon kesenjangan dan potensi pemanfaatan citizen science, Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC) dan Conservation International (CI) Indonesia menyelenggarakan lokakarya selama tiga hari yang mulai tanggal 8 hingga 10 Juni 2021 yang bertujuan untuk membangun sistem pemantauan digital menggunakan basis data hiu paus yang kuat dan terintegrasi di TNTC.
Hasil utama dari lokakarya tersebut adalah dikembangkannya aplikasi survei hiu paus yang dibagi menjadi beberapa kelompok pengumpul data berdasarkan tingkat informasinya, antara lain, Peneliti (tingkat lanjut), Wisatawan (tingkat menengah), dan Nelayan/Masyarakat (tingkat dasar). Beberapa jenis data yang dikumpulkan secara terintegrasi tersebut dapat divisualisasikan secara real-time untuk memudahkan pengambil keputusan, kebijakan pengelolaan berdasarkan pantauan populasi hiu paus terkini.
“Sensus populasi melalui foto identifikasi sebagaimana disebutkan di atas memanfaatkan pola bintik yang unik untuk setiap individu hiu paus. Pola bintik tersebut dapat dianalogikan seperti sidik jari pada manusia sehingga peneliti dapat membedakan antara satu individu dengan individu lainnya, serta memantau perkembangan setiap individu seperti pola pertumbuhan dan penyembuhan luka,” ujarnya.
Sejak hiu paus di Teluk Cenderawasih terungkap melakukan perjalanan ke kawasan BLKB lainnya seperti Kabupaten Raja Ampat, Fakfak, dan Kaimana, pengembangan metode penilaian populasi yang terstandar dengan sistem basis data terintegrasi terus dikembangkan untuk lebih memahami populasi dalam skala regional untuk tujuan konservasi dan pengelolaannya.
Hiu paus merupakan spesies ikan terbesar dan memang diketahui dapat melakukan pergerakan jarak jauh, contohnya hiu paus “Elula II” (sebagaimana ditampilkan sebagai titik warna merah di foto 3) yang mampu bergerak ± 10.000 kilometer dari Teluk Cenderawasih ke Kepulauan Marshall di Samudera Pasifik.
Sebagai informasi, saat ini hiu paus masuk dalam Apendiks II Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES), serta termasuk dalam daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN) dengan kategori genting (endangered). [red].